Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 27 Februari 2013

Apel Kecil Itu Berubah Jadi Apel Besar


Judul Buku               : 9 Summers 10 Autums Dari Kota Apel ke The Big Apple
Penulis                      : Iwan Setiawan
Penerbit                   : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Kota Terbit             : Jakarta
Tahun Terbit           : 2011
Halaman                   : 223
ISBN                          : 978-979-22-6766-2
Cetakan I                  : Februari 2011
Aku juga ingin kasih tau bahwa hari ini ada berita cukup mengejutkan di kantor ! Barusan aku dipromosikan menjadi Senior Manager, Operation Niels Consumer Research New York ! Nggak nyangka sama sekali,setelah lima tahun di new York, dengan berbekla ijazah lokal,aki bisa meraih posisi ini. Siapa sangka,anak seorang sopir bisa hidup di New York dan mendapatkan penghargaan seperti ini. Ini lebih dari mimpiku. Mbak Isna, Mbak Inan,Rini,dan Mira,dearest,
            Begitulah isi sepucuk surat yang dikirim oleh Iwan kepada keluarga tercinta. Novel bergambar apel ini menceritakan tentang perjuang dan perjalanan seorang bocah dari Kota Apel yang bisa meraih mimpinya ke kota The Big Apple, New York City. Novel ini sendiri diilhami dari kisah nyata penulisnya Iwan Setiawan.
            Saat itu ketika Iwan bergegas menuju Stasiun Fleetwood untuk naik kereta Metro North ke Manhattan untuk melihat pesta kembang api pertamnaya,dating dua orang laki-laki tinggi dan besar menghampiri dan mencengkeram kedua lengannya dengan kasar. Kedua lelaki tersebut membawa pisau di tangannya dan hendak merampok Iwan. Untung dating seorang ibu-ibu yang menolongnya. Di tengah ketakutannya itu,ia melihat seorang bocah kecil berbaju merah putih berdiri di atas jembatan. Bocah kecil itu sering dilihatnya setelah kejadian itu dan akhirnya menjadi teman Iwan. Dengan bocah kecil itu Iwan membuka kembali memori masa kecilnya dan menceritakan kisah tentang dirinya saat di Batu dulu.
            Iwan adalah anak dari seorang sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya dan hanya menyelesaikan pendidikannya sampaik kelas 2 SMP. Sedangkan ibunya tidak bisa menyelesaikan pendidikan SD-nya,dia cermin kesederhanaan yang sempurna. Ditengah kesulitan keluarganya,Iwan dan keempat saudara perempuannya hanya bisa bermain dengan buku pelajaran dan mencari tambahan uang dengan berjualan atau membantu usaha tetangganya. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil di Batu.Ruang tamu yang berukuran 2 x 4,5 menjadi ruangan terbesar untuk berkumpul,mengenal hati dan memegng hati satu sama lain. Dan setiap kali hujan turun,rumah mereka tidakluput dari tetesan air hujan dengan beberapa kebocoran disana-sini.
Ketika masih SD Iwan mempunyai  bakat menyanyi dan beberapa kali mewakili sekolahnya dalam sebuah perlombaan. Memasuki SMP , “rasa keci” menghinggapinya, ia melihat kompetisi yang baru. Mereka yang memasuki SMP negeri ini adalah mereka dengan kepintaran di atas rata-rata dan mampu membayar biaya sekolah yang tidak mahal ini,begitulah pikirnya. Namun, karena rasa kecil itu,menjadikannya murid yang selalu menempati ranking teratas di sekolah. Saat SMA Iwan mengikuti teater. Perkenalannya dengan Mas Yani,seorang sahabat,dan seorang guru teater SMA telah mengubah hidupnya. Dari sinilah Iwan dapat melepas impian ke laut lepas. Dan kegigihan serta ketekunan yang selama ini dijalaninya membuahkan hasil,ia lolos PMDK di IPB Jurusan Statistika. 
Karena seringnya Iwan pergi ke Jakarta untuk mengambil “beasiswa dari Lek Tukeri” membuatnya jatuh cinta sesaat,membencinya sesaat,an kemudian jatuh cinta lagi. Dan cintanya itu jatuh pada gedung-gedung di sepanjang Jalan Sudirman yang membuatnya bekeinginan menjadi salah satu professional uda,di Jala udirman,Jakarta. Dan impian itu pun akhirnya menjadi kenyataan. Ia diterima kerja di Wisma Bank Dharmala,tapatnya Nielsen Jakarta. Berkat kerja keras ia dan Nora Marissa rekanya mendapatkan penghargaan Employess of Month Nielsen. Setelah dua tahun bekerja disana,Iwan memutuskan untuk pindah kerja. Lalu ia diterima sebagai data analis di Danareksa Research Institute.  Sebuah e-mail dari mbak Atilah yang membuka lebar jalannya untuk ke New York City. Setelah melakukan wawancara dengan senior manager DP  Niels International  research New York,akhirnya ia diterima disana.  “ Buk, percaya nggak ? Aku ditawari kerja di Amerika,di New York!” , begutulah ucapnya kepada ibu tercinta.
Novel ini sangat inspiratif dan menarik dengan alur yang dibuat maju-mundur. Kata-kata yang digunakan juga begitu bermakna. Novel ini memberikan kita gambaran ,motivasi, kenyataan, kejujuran , kesederhanaan ,tentang sebuah mimpi,cinta keluarga dan tentunya pendidikan dengan penuturan yang sederhana dan membawa kita hanyut dalam kisah.
"Dengan Segala ketekunan, aku lalui masa SMP dengan gemilang. Aku selalu berada di rangking teratas di sekolah. Prestasiku dan kakak – kakakku, menjadikan rumah mungil kami “terangkat”.




0 komentar:

Posting Komentar